Balada Rekrutmen CPNS

by - Tuesday, November 19, 2013



Mungkin saya masuk kategori yang aneh. Di saat yang lain berharap untuk diterima, saya malah akan bersyukur jika tidak diterima. Ini memang berbeda dengan yang pernah saya tulis disini. Balada rekrutmen calon pegawai negari yang sedang happening akhir tahun ini. Apakah saya sombong? Saya pikir tidak. Dibandingkan jika nantinya saya malah jadi tidak produktif kemudian mengundurkan diri ditengah jalan sebelum kontrak habis atau melakukan hal-hal tidak bertanggung jawab lainnya. Saya tidak bilang saya tidak berminat jadi pns, ini hanya masalah siap-tidak siap untuk jadi pns saat ini. Jika suatu saat nanti saya jadi pns, mungkin saat itulah takdir saya.... Makanya saya harus putuskan mana yang saya pilih saat ini.

Ya... saya baru saja mengundurkan diri secara 'halus' pada sebuah kompetisi babak akhir untuk memenuhi satu formasi di lembaga pemerintahan negara ini.

Sedih? sedikit sih. Apalagi setelah melihat dan bercakap-cakap dalam satu sesi terakhir wawancara sore itu. Pewawancaranya begitu terbuka dan sangat enak diajak 'ngobrol'. Bahkan untuk acara yang mungkin bagi sebagian orang adalah saat yang mendebarkan, wawancara kali ini sungguh saya jalani dengan hati plong, bebas, ketawa2, rasanya seperti berbicara dengan orang yang saya kenal lama. Di akhir sesi saya malah yang banyak bertanya kepada pewawancara alih2 masih meyakinkan diri apakah saya lanjut atau tidak. Lanjut artinya saya serahkan surat perjanjian ganti rugi, dan mundur artinya surat itu tetap saya simpan sendiri.
Perkara surat perjanjian ini, waktu saya menerimanya, jujur saja saya shock. Karena saya pikir surat ini akan diserahkan setelah pengumuman kelulusan. Eh kok malah sebelum lulus sudah harus menyerahkan. Dan yang lebih membuat saya shock adalah dendanya yang bagi saya cukup mengerikan. Saya yakin akan beda rasanya jika dari awal saya sudah mantap untuk mengikuti setiap tahapan pencarian ini.

Selain surat sakti itu, pertimbangan lain adalah karena saya dipanggil di satuan kerja yang malah lebih jauh dari rumah. Rumah di Bekasi, dan yang memanggil adalah kantor diluar kota (masih Jabodetabek, tapi cukup jauh jaraknya dari Bekasi). Bagaimanapun juga tempat kerja yang nyaman adalah tempat kerja yang dekat dari rumah. Paling tidak bisa pulang tepat waktu, potensi macet lebih minim, dan nanti saat sudah punya anak masih kebagian waktu bersama. Alasan lokasi tempat kerja-rumah memang sedang dalam pemikiran saya, walaupun tidak harus sekarang pindahnya. Inginnya suatu saat nanti saya bisa kerja lebih dekat dari rumah atau tempat kerja suami. Biar tetep romantis irit pulang pergi bareng. :D

Saya pun masih keberatan jika harus resign mendadak di tahun ini sesuai pernyataan di surat peraturan pemberkasan cpns lembaga tersebut. Walaupun katanya bisa dinego kapan masuk kerjanya, tapi ini spekulatif. Inginnya, saya  datang tampak muka pergi tampak punggung. Disisi lain, sejujurnya suasana nyaman dengan tempat kerja sekarang masih saya rasakan. Nyaman dalam artian bukan 'comfort zone' ya.. Di luar hal-hal yang bersifat material, saya masih sangat ingin menghadapi berbagai tantangan yang diberikan hingga sukses meng-goal-kan tantangan tersebut. Apalagi usia kerja saya masih seumur jagung. Tiga tahun bagi saya masih cukup dangkal 'gelas'-nya. Masih banyak yang ingin saya gali disini. Rasanya belum 'marem'. Idealis. Walaupun seandainya jadi pns saya juga akan mendapatkan hal-hal baru yang tidak kalah seru mungkin. Termasuk tawaran sekolah master di luar negeri seperti impian saya.

Apakah saya menyesal setelah mundur? Saya bilang iya. Kenapa? Karena sebelum mendaftar saya tidak dengan sungguh-sungguh menggali apa tujuannya, tujuan hidup saya di karir. Motivasi saya saat itu adalah ingin mencoba tes pegawai negeri dengan metode baru, ingin ukur kemampuan, dan ingin membuktikan klo saya bisa keterima dengan cara normal dan bebas biaya. Makanya waktu banyak departemen buka lowongan, saya pilih yang syaratnya paling mudah, tidak ribet, dan tidak makan banyak waktu. Ternyata cara ini membuat saya agak mengabaikan lembaga apa yang benar-benar saya inginkan. Pun dengan formasi atau jenis pekerjaan yang ditawarkan, saya abaikan yang penting sesuai jurusan. Saya baru sadar kalau saya 'salah' setelah saya lolos tes kesekian. Bahkan menjelang menit-menit penutupan wawancara saya masih berusaha meyakinkan diri sendiri, yakin mau kerja di bidang ini?

Banyak informasi dan berbagai masukkan sana ini saya kumpulkan. Istikharah entah berapa banyak dilakukan untuk minta petunjuk. Tapi kan.. tetap saja saya harus ambil keputusan. Karena istikharah fungsinya lebih kepada menguatkan keputusan yang kita ambil, begitu kata guru saya. Walaupun entah bagaimana, saya sering mendapatkan hal-hal ajaib setiap kali mau tes di lembaga ini. Dalam 3x tes, saya selalu datang mepet dan akhirnya telat dari jadwal yang tertulis di pengumuman. Sampai harus lari2an. Ajaibnya, kesempatan untuk mengikuti tes selalu diberikan olehNya. Saya jadi sangat takjub. Ketika saya harus cuti atau ijin kerja, selalu saja ada kemudahan yang didapat. Diskusi panjang lebar hampir tiap hari dengan suami meski dilakukan jarak jauh. Bahkan sampai bosen kali ya si mas dengernya... Untungnya si mas tidak memaksa apapun. Dia hanya memberikan pertimbangan-pertimbangan, plus minus kerja di swasta dan negeri based on beberapa referensi. Saya tetap yang memutuskan sendiri dan di-cc ke si mas. Pun dengan ortu dan mertua. They have just said 'choose the best what you want the most, and pray first".

Pada akhirnya di sepuluh menit setelah saya keluar dari ruangan, dan itu artinya menit-menit terakhir menjelang semua berkas diserahkan ke pusat, saya berdoa dan memantapkan diri untuk ketemu lagi bapak-bapak pewawancara tadi. Baru juga jalan beberapa langkah, lagi-lagi secara 'ajaib' saya ketemu si bapak pewawancara di musolah. Dengan berat hati, saya meminta agar berkas saya di drop saja.

Dan sekarang saya tetap simpan surat perjanjian ini. Saya yakin ini yang terbaik. InsyaAllah...

You May Also Like

2 Comments

  1. Salut mba tia..krna bekerja adalah panggilan hati mengerjakan sesuatu yang kita cintai.begitu pun saya..sudah lolos dan pemberkasan di salah sati kementrian.tapi saya beranikan diri mengirim surat pengunduran diri.kna merasa bidang yang saya pilih tidak sesuai dengan pekerjaan saya sekarang sbgai pengajar.walo agak mengecewakan keluarga tapi saya yakin ini pilihan hati saya dan pilihan tuhan yang terbaik...

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih mba.. semoga tetap semangat dan sukses menjalani hari-harinya..

      Delete

Thankyou very much for dropping by. Tapi maaf saya moderasi ya, untuk menghindari spam dan komen dg link hidup. Bila waktunya luang pasti akan saya balas dan kunjungi balik blog kalian :)