Gegar Budaya - Culture Shock di Jepang

by - Monday, June 16, 2014

http://www.nic-nagoya.or.jp/en/e/archives/4721

Ketika pergi ke suatu tempat yang jauh (misalnya ke luar kota, luar pulau, atau luar negeri), kita pasti akan mengalami semacam perasaan kaget, kagum, sebel dan lainnya begitu sampai di tempat tersebut. Karena kita pasti akan menemui banyak hal baru yang mungkin berbeda, terutama yang berkaitan dengan budaya. Keadaan ini bisa disebut sebagai bagian dari kondisi gegar budaya (culture shock). Gegar budaya sendiri diartikan sebagai perasaan disorientasi, kebingungan, dan perubahan emosi yang terjadi ketika seseorang berkunjung atau tinggal di budaya yang berbeda.

Gejala gegar budaya juga menghampiri saya saat mengunjungi Jepang beberapa waktu lalu. Kondisi ini tidak bisa saya pungkiri karena datang tiba-tiba dan spontan. Meskipun sebelumnya saya sudah sering membaca literatur tentang budaya Jepang, tetap saja saya berkali-kali dibuat bengong takjub waktu beneran merasakan budaya sana. Bahkan saya juga harus mempraktekkannya, ibaratnya 'dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung'. Untungnya gegar budaya yang saya alami cenderung ke arah positif, jadi malah bikin hepi dan betah.

Jepang memang cukup berbeda jauh dengan Indonesia, baik di area kota metropolitan maupun di area pedesaanya. Secara pribadi, saya bisa bilang 180 derajat banyak hal yang jauh lebih baik disana. Di sisi budaya hal paling mencolok adalah tegaknya budaya disiplin, sopan santun, taat, ramah dan kerja keras yang seakan sudah jadi trade mark Jepang di mata dunia.

Tepat waktu menjadi brand Jepang selama puluhan tahun. Sangat jarang terjadi ada kereta terlambat disana atau janji ketemuan dengan teman pake jam 'ngaret'. Semua berlomba untuk tepat waktu. Begitu juga dengan sopan santun dan ramah tamah. Saya rasa, tidak ada yang meragukan tingkat kesopanan orang Jepang. Ini ditunjukkan dengan selalu membungkukkan badan saat menyapa, meminta ijin dulu jika mau merokok saat makan bersama, dan tak segan meminta maaf jika tidak sengaja menabrak, menyenggol, atau apapun yang sekiranya mengganggu orang lain.

Dalam hal ramah tamah, orang Jepang juga jagonya. Saya suka dengan tipe gaya ramah tamahnya orang Jepang. Mereka selalu menunjukkan wajah terbaik saat dimintai tolong, walau mungkin gak ngerti caranya dan berusaha menjadi pelayan yang baik saat bekerja demi kepuasan pelanggan. Saat saya kesana, tak pernah saya mendapatkan pelayan toko yang kecut mukanya, gak pernah di-cuekin waktu nanya ke petugas kereta walaupun saat itu jam super sibuk, gak pernah dipaksa atau dimaki-maki karena gak jadi beli barang yang memang saya gak minat, dan juga gak pernah ditereakin waktu gak sengaja nyenggol orang. Menurut saya, ada yang beda antara gaya ramah tamah ala Jepang dengan gaya ramah tamah ala Indonesia. Tapi entah apa yang membedakan saya agak bingung menjelaskannya, yang pasti setelah balik Indonesia, saya mulai lebih sering mengamati gaya orang Indonesia saat bertanya, saat melayani pembeli, saat menyapa dan sebagainya. Beberapa memang beda, bagi saya.

Orang Jepang juga terkenal sebagai pekerja keras, berusaha sekuat tenaga agar memberikan hasil terbaik, dan berusaha untuk tidak menyusahkan orang lain. Saya kasih contoh para manula dan para difabel yang terlihat sangat bersemangat dalam bekerja. Para manula disana biasanya mengisi hari tua mereka dengan tetap melakukan pekerjaan, tapi sifatnya ringan. Misalnya berkebun dan bercocok tanam, ada pula yang jadi tukang kebun, tukang parkir atau supir taxi. Begitu juga dengan para difabel, mereka tetap semangat bekerja meski kemampuannya terbatas. Bahkan banyak perusahaan Jepang yang menggunakan jasa mereka untuk mengerjakan pekerjaan tertentu sebagai bentuk CSR-nya. Dan jenis pekerjaannya yang diberikan pun telah disesuaikan dengan kemampuan para penyandang difabel tersebut.

Hal-hal yang saya tulis diatas yang nyata-nyata saya temui disana, bukan untuk semata-mata membandingkan Indonesia-Jepang lalu membuat nasionalisme saya tergerus. Tapi saya ingin berbagi agar kita sama-sama berkaca dan belajar. Saya juga tidak bilang semua orang Jepang bagus kok, satu-dua kali saya ketemu juga dengan orang Jepang 'bandel' yang nyelonong saat lampu penyeberangan belum hijau (untungnya cuma pake sepeda ontel) atau orang yang buang puntung rokok sembarangan, padahal di Jepang ada asbak portabel yang bisa dikantongi. Tapi karena mayoritas tidak seperti itu, maka label Jepang sebagai salah satu negara terbaik tidak begitu terkena dampaknya.

Agak berbeda dengan orang negara kita yang makin hari makin cuek dan tidak sabaran. Baik di kampung atau di kota kalau ada event yang mengharuskan antri pasti selalu rebutan, tidak sabar ngantri yang ujung-ujungnya makan korban. Keramahan, sopan santun, dan budaya tertib makin langka ditemui, terutama di kota besar seperti Jakarta, walaupun sebenernya masih banyak orang Indonesia yang sarat akan kebaikan di antara selipan-selipannya.

Sekembalinya dari Jepang, saya memang belum mengimplementasikan semua hal-hal baik seperti yang ada di sana. Butuh extra tenaga dan keberanian menaklukkan diri sendiri dulu agar bisa tahan mental untuk taat, patuh, tetap sopan dan semuanya. Karena bagi saya ada cukup banyak tantangannya di Indonesia. Bahkan ada istilah "nek gak rebutan gak keduman" yang artinya kalau gak rebutan gak kebagian. Jadi yang bisa saya praktekkan baru hal-hal kecil dan ringan misalnya selalu berusaha tidak membuang sampah sembarangan, kalau gak nemu tempat sampah ya saya masukin tas pribadi, berusaha antri dengan benar saat di atm atau di supermarket, belajar selalu mengucapkan terima kasih kepada siapapun, pun kepada orang yang kita layani atau berusaha meminta maaf jika ada salah dan hal-hal yang kurang berkenan.

Saya jadi membayangkan jika tiap-tiap orang di negari tercinta kita ini memiliki semangat kebaikan yang serupa, pasti hidup akan lebih nyaman...

\\

You May Also Like

4 Comments

  1. Supaya bisa ikut merasakan level ramah tamah Indonesia dan Jepang, saya jadi kepingin juga pelesiran ke sana.
    Kalau ini bisa jadi contoh ngga ya mba, waktu ke restoran ala2 Jepang, kita disambut suara karyawan resto yang kenceng plus antusias menjurus ke heboh. "Selamat datang di Yos**noya!"
    Kaget karena ngga biasa, tapi langsung dapat aura ramah dan semangatnya.. Hehe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul.. emang bener di toko2 di jepang sana kalau ada pembeli pasti diteriakin "irrasaimase" yang artinya selamat datang. Kayaknya di toko2 khas Indonesia macem Indomaret n Alfamart udah diterapin juga kayak gitu ya...

      Delete
  2. Iya...aku beberapa kali pernah ketemu sama orang jepun di Indonesia, dan meskipun mereka jajaran atas di perusahaan masing2 tapi mereka nggak angkuh merespon kita2 yang masih cecunguk ini XD. tetep humble and give the best ke siapapun...joss bgt attitudenya

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihiii... iyaa aku juga waktu kerja di perush jepang, malah presdirnya ngundang para karyawan cewek2 makan dirumahnya. dia yang masak n nyiapin semuanya lho...

      Delete

Thankyou very much for dropping by. Tapi maaf saya moderasi ya, untuk menghindari spam dan komen dg link hidup. Bila waktunya luang pasti akan saya balas dan kunjungi balik blog kalian :)