Andai Anakku Minta Nikah Muda

by - Monday, August 15, 2016

Selain FDS ada satu tema lagi yang minggu ini sedang ramai. Tak lain tak bukan adalah tema #NikahMuda yang dilakukan oleh putra Ust Arifin Ilham. Jujur saja waktu pertama kali berita tsb viral saya ikut penasaran, pengen buktiin itu hoax atau beneran. Setelah baca dari berbagai sumber *niat gak tanggung2*, baru deh percaya kalau berita tsb sungguhan. Soalnya biasa kan yang rame-rame gitu suka boong. 

therantinglatina.com

Ngomong-ngomong nikah muda, saya jadi teringat cerita mantan seorang atasan. Sebut saja Mrs S. Dulunya, beliau juga menikah muda, kisaran usia 20 tahun. Suaminya pun usianya sedikit diatasnya (atau sama?). Setelah menikah mereka tinggal di luar negeri untuk sama-sama menempuh pendidikan hingga jenjang doktoral hingga dikaruniai beberapa anak.

Ternyata urusan nikah muda ini sedikit banyak menular ke anak beliau (yang perempuan). Cita-cita anaknya adalah menikah muda untuk kemudian sekolah bersama suami hingga jenjang tertinggi di luar negeri seperti yang ortunya lakukan dulu. Urusan memiliki momongan akan dilakukan sampai usianya cukup untuk hamil dan melahirkan. Keinginannya tersebut pun sudah disampaikan ke orang tuanya, Mrs S dan suami. Hanya saja, waktu itu calonnya belum ada, hehe.

Lalu bagaimana tanggapan beliau tentang ide anaknya tsb? So far, beliau setuju saja jika anaknya mau menikah selepas sekolah, tetapi baik anak maupun calonnya harus sudah yakin dan mantap secara mental. Calon menantunya juga harus sudah berpenghasilan meski seadanya - paling tidak cukup untuk menafkahi keluarga, dan mau sama-sama berjuang meraih pendidikan sampai tingkat lanjut. Meski mensyaratkan calon suami anaknya agar sudah berpenghasilan, Mrs S bilang bahwa dia tetap bersedia membantu anaknya dalam urusan rumah tangga, misal membiayai kuliah, jika dirasa keuangan yang dihasilkan masih belum cukup layak. Selain itu, Mrs S ingin agar keluarga kecil anaknya bisa tetap konsen menjalani pendidikan dengan optimal tanpa pusing memikirkan biaya hidup yang cukup besar.

Saya sih maklum ya dengan ide ibu dan anak tsb. Mereka memiliki pandangan dan tujuan masing-masing. Sepanjang yang dilakukan baik karena niat yang baik pula, saya gak kontra. Pun kepada keluarga ustad-ustad yang sudah menikahkan anak-anaknya di usia dini, sebut saja selain Arifin Ilham sudah lebih dulu dilakukan Aa Gym. Bahkan ketiga anak Aa Gym semuanya menikah muda, termasuk anaknya yang cowok sudah menikah pada usia 18 tahun. Kalau melihat akun IG-nya sih hidupnya sangat baik dan memancarkan aura keluarga yang sakinah mawaddah warahmah, amin.

Naah... kalau ide menikah muda itu datang dari anak saya sendiri gimana ya?

Ehm! Meski saya gak kontra, tapi ya ngeri-ngeri sedap juga dengernya. Bagi saya menikah muda itu bukan tren yang bisa diikuti oleh semua remaja. Bukan juga ajang lomba cepet-cepetan, lalu yang belum nikah jadi gak gaul gitu. Karena menikah bukanlah akhir babak kehidupan yang selalu happily ever after layaknya kisah di negeri dongeng. Justru pernikahan itu gerbang baru yang didalamnya banyak tantangan. Sehingga sebelum memutuskan untuk menikah kedua calon mempelai harus sudah memikirkan banyak hal dan mempertimbangkannya masak-masak. Yang pasti jika itu terjadi, dalam memutuskan saya harus rembugan dengan Mr Suami dong... Demi lancarnya pembuatan tulisan mengetahui pendapat beliau, saya melakukan wawancara ke Mr Suami, hasilnya sbb:

Saya : Cin, cin, ngobrol dong jangan main hape aja. Cin, kalau nanti kita punya anak, terus anaknya pas lulus SMA minta kawin gimana?

Suami: Emm... masih mantengin hape, gimana ya? Anaknya cowok apa cewek?

Saya: Kalau cewek gimana, kalau cowok gimana?

Suami: Kalau cowok, ya mas akan pastikan umurnya berapa, sudah siap mental belum, suka galau labil apa enggak, sudah bisa kontrol emosi belum, sudah punya apa, sudah bisa menghasilkan apa, sekolahnya bener apa enggak, ibadahnya gimana, sudah siap mandiri apa belum, visi misi dan tujuan nikahnya apa, hubungan dengan orang tuanya gimana, boleh gak sama orangtuanya, cita-citanya apa, setelah nikah mau ngapain. Ya gitu-gitu lah standar cowok kalau mau nikah. Begitu juga hal itu akan ditanyakan ke calon mantu, jika anak kita cewek. Kalau salah satu dari syarat itu gak oke, ya gak boleh lah. Benerin diri dulu baru boleh nikah.

Saya: Lah kalau anak kita cewek boleh gak nikah muda?
 
Suami: Emm.....
 
www.maselliwarren.com

Saya: Gimana?
 
Suami: Gimana ya, kalau cewek jangan dulu deh kecuali cowoknya sudah lebih dewasa baik secara umur maupun mental. Terus anak kita (yang cewek tadi) juga harus dewasa secara mental, gak emosian, gak ababil, gak suka ngeluh, mandiri, ibadahnya sudah bener, berbakti pada orang tua, blablabla....

Saya: Jadi kalau anaknya cewek lebih susah ya diijinin kawin, eh nikah muda? Kalau pacaran gimana?

Suami: Sebisa mungkin gak pakai pacaran-pacaran lah, mau itu cowok atau cewek. Langsung nikah aja asal syarat tadi sudah kumplit.

Saya: Ooohh... Lah mas, kalau sudah kumplit syaratnya terus tetep mau nikah mas mau bantu2 finansial gak? Kan anak segitu gak banyak yang udah berpenghasilan layak tuh....

Suami: Ya lihat sikon. Tapi menurut mas ya, kalau anak, terutama cowok, sudah pengen nikah tandanya harus sudah mandiri secara finansial. Kalaupun bantu-bantu ya seperlunya aja, gak bisa nanggung seluruh hidupnya. Pun kalau anak kita cewek dan mau nikah muda, calon suaminya juga harus sudah memperhitungkan itu. Dia punya tanggung jawab penuh menghidupi istri dan anaknya, kan sudah diserahin mandat sama bapaknya (si cewek). Kalau kebanyakan ngebantu, nanti ortu jadi kayak intervensi dong di rumah tangga anak, jadi gak mandiri.

Saya: Iya sih... Tapi kalau ternyata anak kita gak punya duit atau apa gitu buat kehidupan paska nikahnya gimana?

Suami: Ya makanya syaratnya tadi mesti kumplit. Harus tahu abis nikah perencanaanya gimana-gimana. Bener kalau rejeki gak boleh takut, tapi kalau gak dihitung ya sama aja boong dong. Tapi yang paling penting ibadah dan sekolahnya harus bener. Juga hubungan keluarganya harus baik dan seimbang. Emang ngapain sih tiba-tiba ngobrolin begini, Cin?

Saya: Ya gak apalah, ngobrol masa gak boleh, huuuu... Anu sebenernya gegara 'ngasal' komen pengen nulis tema serupa di FB grup blogger, eaah abis itu jadi pusiang deh mau nulis apa. Nantangin diri sendiri sih. Hehehe....

Suami: Wuuu dasar...!


Yaak jelas ya, kira-kira sikap apa yang kami ambil ketika suatu saat nanti sang anak minta nikah dini. Yang saya tangkap sih Mr Suami ingin anaknya menikah setelahh lewat usia belasan tahun. Alias gak tujuh belas tahun jugaa keleeess boleh kawinnya, hahahhaa... Pun dengan saya, rasanya boleh dong sayang-sayang, udah dirawat selama itu, eh baru umur belasan udah mau hidup baru  dengan orang lain, aku jelas belum rela *bibit rabid mom*. Umur-umur matang nikah aja dah, 23 keatas *ini sih umur2 warga +62 yaaa, hahahaa*

Nah jika sudah dirasa cukup umur, biar bapaknya yang ngomong dan ng-uji langsung, baik anak maupun calon mantunya. Saya bagian mengulik data dari keduanya aja deh, hewhew... Serius loh! Saya punya rencana, kalau nanti punya calon mantu, saya akan cek-cek rekam jejaknya, baik secara langsung maupun tidak, bisa melalui wawancara orang terdekat, misal sahabat, atau melalui sosial media. Hati-hati lho, nilainya bisa minus satu-per satu manakala:

Suka mengeluhkan diri sendiri dan orang lain
Suka menuliskan kejelekan orang lain dan keluarga --> berpotensi menjelekkan pasangan dan keluarga
Suka menyindir pihak lain apalagi dengan bahasa gak sopan
Suka posting foto seronok
Suka membully orang lain
Suka marah-marah, sumpah serapah, memaki-maki
Suka memposting hoax dan berita-berita tidak jelas
Suka mengadu domba
Suka ngeyelan, fanatik buta dan sempit
Suka pamer yang kebangetan
Punya banyak mantan pacar
Solat wajibnya suka bolong-bolong
Kerjaanya gak pasti dan menyerempet hal-hal yang dilarang agama
Keluarganya ada yang gak ikhlas
Dan hal negatif lainnya.


Yaaa, bukannya sok suci atau merasa paling benar sendiri. Saya tahu semua orang punya salah dan khilaf, tapi ya gak terus-terusan. Lagian mencegah lebih baik daripada mengobati, toh masih diberi kesempatan memilih diantara opsi yang masih buanyaaaaak sekali. Anggep aja fungsi saya nanti semacam HRD yang akan menyeleksi karyawan, baik laki atau perempuan semuanya diperlakukan sama. Tapi insyaAllah gak akan milih-milih berdasarkan status sosial, misal harus anak pejabat, bangsawan keraton, anak jendral, anaknya ini itu cem macem. Gak mau juga kalau njomplang soalnya. Masa sini masih karyawan dapat besan direktur, aduh malah serem sendiri. Intinya asalkan secara umum baik dan berasal dari keluarga baik-baik mah silahkeun. Tujuannya tentu saja agar pernikahan yang dilakukan kaffah, baik dan berkah, bisa saling support ketika salah satu ada yang down, bisa saling memberikan solusi jika ada masalah dll. Caranya ya dengan memilih yang terbaik dari yang baik-baik. *berasa besok mau mantu, padahal punya anak juga belum, xixixixi*

Fiuuh....



\\

You May Also Like

17 Comments

  1. Wow Mr. Suaminya bijak sekali. Emang ya sebagai orang tua pasti pengen yang terbaik untuk anaknya. Saya juga ngebahas tentang ini nih, apa aja yang bakal saya lakuin kalo anak saya minta nikah muda. Tapi ada di pembahasannya sendiri hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul mba, sebagai ortu sudah pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya ya.. btw aku suda baca tulisan mba ade tentang itu, tapi lupa sudah ninggalin jejak apa belum ya?

      Delete
  2. kalau aku sih nasehati anak-anakku sih untuk janagn menikah muda dulu, bekerja untuk menikmati hidupmu, mau kemana , mau beli apa, karena setelah emnikah egala sesuatu harus dibicarakan berdua , semua untuk keluarga. Makanya anak sulungku sudha bekerja dia tenang2 saja, karena dia masih ingin fokus jalan2 ke tempat dia suka, masih bikin project sama teman2nya yg berhubungan dengan hobinya cosplay. Makanya aku mah sudah bosen ditanay tetangga kapan anaknya nikah????

    ReplyDelete
  3. betul...sekarang kalo mau nyari calon mantu ga usah susah2 wawancara tinggal lihat rekam jejak medsosnya...hihihi

    ReplyDelete
  4. Kalo di kampung, org2 dl nyaranin nikah muda, entah deh persyaratan kumplit apa nggak, hihihj

    ReplyDelete
  5. Duh...
    Itu seriusan dirimu ngobrol bareng suami pake cin...cin...hahaha seru banget siiih!

    Entahlah aku kayaknya bakal mikirin ribuan kali sebelum mengijinkan anakku menikah...apalagi nikah muda bhahaha...
    *emak2 posesip*

    ReplyDelete
  6. enggak kebayang kalo anakku minta nikah muda nantinya :D harus dites mental dulu anaknya. tp klo cewe kasihan jg 17 tahun menikah, usia segitu masih rawan kalau hamil :D

    ReplyDelete
  7. Aduuhh jadi gimana ini...aku kebelet nikah...tapi si dia masih muda

    ReplyDelete
  8. harus pikir matang2 ya mbak tp jangan sampai ketuaan juga kasihan soalnya

    ReplyDelete
  9. hihihi, duhhh yg udah mau mantu :P setuju ga pake pacar2an ya mbak, udah pas lewati seleksi 'HRD', gas dah :D

    ReplyDelete
  10. Mau ngomen baca komennya Mak Innayah, jadi mesem2 duluan. :D. :D. Yang jelas, punya anak cowok ataupun cewek kudu disiapin ya Mak, :)

    ReplyDelete
  11. Umm... aku nikah muda sih cin, eh Tia.. pas 20 taun dan masih kuliah. Asyiknya adalah, kita masih muda anak udah gede :D Dan hubungan ortu-anak jd asyik deh ^^ tapi.. kalo anak aku yg nikah muda kayanya jangan deh. Aku ga mau jadi nenek dulu atulaaaaahhhh >.<

    ReplyDelete
  12. sebenarnya ini sudah banyak dilakukan oleh orang tua dulu, karena dulu pendidikan masih belum tegas seperti sekarang dan belum ada WAJAR 9 tahun. jadi lulus SD juga bisa nikah. saya juga setuju sama mr suaminya mbak,yang penting kriteria harus dipenuhi supaya kedepannya bisa terjamin. he

    ReplyDelete
  13. sebetulnya nikah muda nggak masalah tapi memang si anaknya sendiri dari kecil sudah dididik sedemikian lupa lebih dipersiapkan sebagai istri dan ibu lebih dahulu ketimbang yang lain. pokoknya meteng bener deh. karena yang sehari-hari akan dihadapin sejak bangun di tempat tidur, ya suami lagi dan suami lagi suka nggak suka..memang ada yang nikah muda dengan membawa perjanjian kepada pasangan bahwa dia mau berkarir lagi, atau sekolah lagi...belum mau punya anak..but if something happened along the way akhirnya bahtera pernikahan itu akan lebih mudah goyah karena salah satu akan menyesali keputusannya...apalagi bila pernikahan di usia muda itu seringkali hanya berdasarkan perasaan suka semata yang bisa luntur, sementara di usia 25 tahun otak umumnya akan lebih matang mengambil keputusan..jadi semua kembali kepada niat dan bagaimana hasil didikan orang tua untuk menanamkan nilai2 pernikahan sejak dini, menurut saya lho

    ReplyDelete
  14. Suami gue diajakin mengkhayal kalau-kalau anaknya minta izin nikah aja semaput hehehehehe. Belom kuat mental dia kayaknya. Gw sendiri kayaknya karena anak dua-duanya cewek akan mensyaratkan calonnya harus mapan dan dewasa. Duh gak rela ngebayangin anak-anak gue diajak belangsak.

    ReplyDelete
  15. hmm Ternyata budaya nikahnya beda-beda. kalau di kampung biasanya yang perempuan di suruh nikah cepet-cepet

    ReplyDelete
  16. Duh tulisannya #Jleb banget ini bagi yang jomblo hahaha

    omnduut.com

    ReplyDelete

Thankyou very much for dropping by. Tapi maaf saya moderasi ya, untuk menghindari spam dan komen dg link hidup. Bila waktunya luang pasti akan saya balas dan kunjungi balik blog kalian :)