Lika-Liku Menyusui Tahun Kedua dan Dramanya [tentu saja]

by - Wednesday, June 12, 2019

Kembali lagi pada cerita #asinyaahza.Yang artinya daku akan menuliskan drama kumbara perjalanan menyusui si bayi laki-laki bernama Nja. Btw sekarang saya lebih suka nulis nama panggilannya sesingkat itu biar gampang.


Sebelumnya saya pernah nulis drama menyusui tahun pertama, nah yang ini sebagai lanjutannya. Itung-itung sebagai selebrasi sukses (?) menyusui 2 tahun, walaupun nilainya ancur meen! kagak ada cumlod2nya. Karena apa? Karena dari umur setahun sudah tandem pake susu formula, yang tinggi kalori lagi. Ampun dah para konselor dan netijen kalau mamak ini tetap mengklaim Nja lulus asi sampai 2 tahun, soale dia tetep nenen kok, kalau pas saya di rumah atau pas lagi liburan...

Ceritanya, umur 12 bulan lebih beberapa minggu Nja didiagnosa FTT oleh dokter anak sub spesialis gizi anak. Lalu saya diminta untuk sapih dini dan mengganti asupan asi dengan sufor tinggi kalori untuk mengejar ketertinggalan BB nya, paralel Nja harus dicek ADB, ISK, dan TB. Nja terbukti ADB lalu diterapi suplemen zat besi setiap hari, dan setiap 3 bulan sekali cek darah (kandungan besi dalam darah) untuk cek perbaikannya. Untungnya nilai TB dan ISK Nja negatif.

Selain terapi zat besi, Nja dan saya juga harus memperbaiki feeding rule agar lebih disiplin. Sebenernya feeding rule yang baru nggak beda jauh dengan yang sudah saya terapkan. Hanya saja ketika Nja nggak mau makan biasanya saya sibuk bebikinan menu baru dan nyuapin Nja apa aja yang dia minat. Jadinya mamah capek, Nja juga kesal karena dijejel2in makanan melulu. Akibatnya goal tidak tercapai. BB Nja malah turun karena Nja makin malas makan.

Nah di feeding rule yang baru, saya harus benar2 disiplin pada waktu makan Nja, yang diatur maksimal 30 menit. Aturannya: ketika jam makan tiba dan Nja nggak mau makan, maka tunggu sampai 30 menit sambil tetap menawarkan aneka makanan. Jika 30 menit habis, hentikan. Kelar nggak kelar ya harus kelar pokoknya, even Nja benera GTM. Jadi ya mamak mesti tega-tegaan memang, karena tujuannya melatih Nja mengenal rasa laper. Hasilnya: goal tercapai walau nggak signifikan. Hambatannya karena dalam penerapannya sungguh tricky. Biasanya karena kebentur2 sama jam tidur Nja. Karena hasilnya belum optimal, sufor tetap dilanjutkan untuk menambal pola makan yang aduhai bikin pening kepala.

===

Seperti yang saya bilang tadi, walaupun Nja dibantu sufor dan dot, Nja masih tetap menjadi monster nenen kalau saya pulang kerja atau liburan. Alhamdulillah Nja nggak bingung puting, padahal dulu pas mau kasih dot saya mikirnya luamaaa banget karena kuatir. Sampai akhirnya saya nemu komentar dokter anak lain di IG yang sungguh menguatkan batin ketika ada ibu yang mengeluh anaknya nursing strike dan susah balik ke normal. Sang dokter berkata "Yang penting isi botolnya kan?" Intinya gitu, menguatkan mental ibu biar move on walaupun akhirnya kasih asi dalam "kemasan khusus".

Kalau dulu kuatir Nja bingput, di tahun kedua ini entah kenapa saya was-was setiap kali menyusui Nja. Saya kuatir asi saya nggak cukup energi untuk menambal kebutuhan kalori Nja yang sudah sangat aktif. Apalagi dokter sudah menyuruh saya untuk menyapih dini dengan ancaman dan kata2 yang kurang enak. Bikin SAKIT HATI, meen! Pokoknya diakhir omelan, sang dokter bilang saya mesti nambah volume asi perah menjadi 2-3x lipat dari volume semula agar mendekati kandungan KALORI (bukan Gizi ya) susu formula tinggi kalori, kalau saya masih ngeyel pakai asi perah. Padahal stok asi perah saya nggak seberapa, bahkan cenderung pas-pas-an untuk harian. Kalau harus tambah volume, utang saya bakal mem-bludak - cita-cita (awal) menyusui asi/asi perah sampai 2 tahun niscaya pupus.

Jadi ya sudah, akhirnya Nja saya dopping sufor, selain tetap minum asi perah sebagai tambahan. Btw saya tetap kasih asi perah dan pumping sampai Nja umur 20 bulan karena sayang aja sama stoknya masa nggak dipakai sama sekali. Selain itu juga buat nambal porsi sufor Nja yang masih masa transisi. Karena ternyata beralih dari asi ke sufor itu nggak mudah loh untuk beberapa bayi. Nja termasuk yang agak susah di awal. Saya sampai beli beberapa kaleng sufor tinggi kalori untuk menemukan susu yang Nja mau dan suka ~ sampai tulisan ini dibuat beberapa kaleng sufor yang nggak terpakai masih nangkring di dapur. Asa sayang gitu mau ngebuangnya 🙈 

Setelah 'berjuang' sedemikian rupa, ketemulah susu yang Nja mau minum --> Nutrinidrink cair rasa coklat. Mamak pun lega. Dokternya juga approved dan mengabaikan urusan rasa yang konon katanya kandungan gula susu coklat lebih banyak dan bisa bikin gigi gupis. Pesan dokternya, yang penting keminum dulu itu susu sesuai dosis dan BB nya naik sesuai target. Lupakan hal lainnya dulu, dan biar gigi Nja awet biarlah menjadi PR mamak yang mesti rajin ngajak Nja sikat gigi. Bhaique!

*Btw, setelah kunjungan ke 2 atau 3, akhirnya saya goodbye sama bu dokter anak sub gizi tsb, saya ganti sama dokter lain yang lebih patient friendly.

Drama pencarian susu tambahan kelar sih... tapi nggak 100%. Karena Nja belum mau minum sufor sesuai dosis yang disarankan. Dia baru bisa minum setengah dosis alias 2 botol = 400 ml atau setara dengan 600 Kkal, sedangkan kebutuhan kalori Nja berdasarkan hitungan dokternya kurleb 900-1100 Kkal/hari. Jadi kalau dari susu sudah dapet 600 Kkal, berarti Nja harus makan yang kalorinya setara dengan minimal 400 Kkal. Dan itu lauknya harus pol2an terutama daging, ayam, hati, telor, dan protein lainnya. Nah ini dia pe-ernya. Nja belum bisa makan dengan porsi yang sesuai hitungan, maka sufor to the rescue biar beban makannya ketolong dulu.

Ada yang inget aturan minum susu sehari yang nggak boleh lebih dari 500 ml perhari? Saya juga nanya tuh sama dokternya Nja yang baru (lagi) perihal ini. Takutnya Nja kekenyangan susu dan malah mengganggu napsu makan. Nah inilah bedanya, dokter bilang untuk kasus Nja, dosis segitu tidak bertentangan karena memang untuk membantu meng-cover kebutuhan Nja -- kedudukan sufor untuk Nja mirip seperti obat. Seharusnya memang setiap abis makan kalau bisa minum susu formula. Macem aturan menggemukkan badan ala Herbalife itu loh, hahaha... Sayangnya Nja bukan pemakan dan peminum yang banyak. Lambungnya cepat kenyang. Jadi belum pernah ada sejarahnya Nja minum sufor setelah makan.

------------------

Drama Hancurnya Asi Perah

Diantara drama menyusui yang pernah saya rasakan, mungkin ini yang menyesakkan kedua setelah drama nursing strike. Drama asi perah hancur karena colokan kulkas kecabut dengan tidak sengaja dan berlangsung berhari-hari. Itu waktu Nja umur 16 bulanan. Ada yang pernah mengalami juga?

Jadi ceritanya, pada suatu sore yang cerah, tiba-tiba pak suami teringat sesuatu. Lalu dengan terbata-bata PapaNja bilang maaf-maaf, karena.... dia LUPA CABUT KABEL KULKAS pas kita harus tinggal di Cipinang (rumah mertua) untuk sementara. Lupa cabutnya hari Minggu, dan baru inget hari Rabu, dong. Kaki saya langsung lemes... inget se-freser asi hasil perah siang malam hancuuurrr, Minah! Langsung saya minta suami untuk jalan ke Bekasi. Saya mau lihat seberapa hancur itu asip biar saya lega, tapi juga rasanya pengen gamparin orang. Huhuuuuhahahahhahuhuuaa.... KEZEL abis!

Begitu sampai di rumah, saya buka kulkas langsung NANGIS dong.. huhu kayak orang kehilangan apaan tahu. Keselnya bertubi-tubi. Mungkin itu kekesalan saya pada pak suami yang paling2. Untung dia mau dengerin saya nangis2 sambil bolak balik minta maaf. Hikss....  huahuahuaaaa *nangis kejer pokoknya*

Kemudian saya cari-cari artikel atau tulisan apapun bahwa asi perah yang sudah mencair itu baik-baik saja. Tidak beracun, meski mungkin beberapa kandungan gizinya ada yang sudah hilang. Ketemu sih artikelnya di breastfeedingbasics. 

Kutipannya begini dari Anne Smith, IBCLC
  • A 2006 study looked at the effects of refreezing previously frozen milk. Researchers took frozen breast milk and thawed it, refroze it, refrigerated it and left it out at room temperature. They concluded that “Breast milk is fairly robust and does not grow bacteria easily nor lose vitamins A and C or free fatty acids  to any degree that would harm a full term baby.” They also found that the vitamin content was adequate for all the samples of refrozen milk, and none of the samples shad unsafe levels of bacteria.
  • Based on this research, your milk should be safe to use even if the milk has completely thawed, and there are no ice crystals left. If your aren’t sure about whether the milk has ‘spoiled’, see how it smells. If it’s spoiled, it will smell bad, just like  cow’s milk that has been left out too long.  Sometimes milk that has been frozen and thawed may have a ‘soapy’ smell, due to its fat content, but this isn’t the same as a spoiled milk smell, and doesn’t mean the milk is unsafe. You might want to leave as much thawed milk out as you think you can use within 24 hours or so, then refreeze the rest.
  •  These guidelines apply to healthy full term babies. If you have a preemie or a sick baby with an immune disorder, consult your doctor. He may recommend that the thawed breast milk be used within 24 hours and not refrozen.

Walaupun saat itu Nja sudah ngicip sufor, hati saya tetap jengkel ketika tahu stok asip saya hancur. Karena waktu itu saya masih merencanakan asi-asi perah itu untuk Nja minum sampai beneran lulus 2 tahun sembari menunggu Nja bisa minum sufor sesuai target. Eh lah kok belum separo jalan malah hancur yaaa gimanaaa, mau dikasihkan ke Nja kok masih ada keraguan meskipun di artikel bilang nggak masalah... hingga akhirnya asip-asip itu masih tetap nongkrong di frezer bahkan sampai tulisan ini dibuat, masih gamang untuk ngebuangnya euy...

----------


Menyusui Satu Payudara

Setelah drama asip mencair kelar, muncullah drama baru. Tiba-tiba Nja menolak PD kiri, dong. Sama persis dengan kasus nursing strike duluyang ditolak sama-sama PD kiri. Bedanya sekarang Nja sudah bisa nolak dengan cara ngomong 'gak mau' setiap ditawari nen kiri. Malah kadang ditambahi alesan yang lucu tapi ada-adaaaa aja macem "nen kiri mamah hueek, atau nen kiri mamah ada tikusnyah!" Hahahhaha.... Jadi fix di umur yang ke-17 bulan Nja hanya menyusu dari PD kanan saja.

Saya sedih? Kalau dulu iya, saya sedih pakai banget; yang sekarang woles aja. Mungkin karena asi sudah bukan lagi kebutuhan nutrisi utama Nja, jadi ya chill aja, beb. Dan sebenernya, Nja minta nenen cuma buat kangen2an sama mamaknya aja, yang lucunya setiap saya sampai rumah,  sapaan Nja pertama kali selalu "... Mamaaaa... nenen..." hahahaa. Sapaan yang akan saya rindukan ketika Nja sudah besar nanti.


-----------

Gimana kabar Nja sekarang setelah jadi anak sufor 24 jam? 

Nja resmi menjadi anak sufor 24 jam sejak saya sapih di umur 2 tahun kurang 2 minggu. Cerita menyapih terpisah aja yaa, biar puas, haha.

So far kabar Nja baik-baik aja... secara angka, BB Nja paska sapih mengalami kenaikan yang tidak saya sangka-sangka. Bulan pertama naik hampir 600 gram, setelah sebelum2nya naik 200 gram saja sujud syukur, hehehe...

Apakah sufornya sudah ganti? Belum. Dsa Nja bilang selama BB nya belum kembali ke jalur yang benar dan nafsu makannya masih naik turun, sufornya masih tetap Nutrinidrink. Hasilnya memang belum 100% optimal seperti kata testimoni2, mungkin karena dalam perjalanannya beberapa kali Nja sakit yang membuat BB nya naik turun. Makanya beberapa waktu lalu Nja diminta cek ronsen usia tulang dan cek hormon (IGF1 dan IGF BP3), barangkali ada hal lain yang menyebabkan treatment ini belum menampakkan hasil yang signifikan. Alhamdulillah hasil cek tulang maupun cek hormonnya termasuk dalam kategori normal. Berarti gagal tumbuhnya Nja memang karena ADB sehingga napsu makannya tidak ajeg yang bikin dia masih kekurangan kalori, bukan karena sebab lain seperti ISK, TB atau kekurangan hormon pertumbuhan.

Sampai saat ini kalau lagi senggang saya sering cari baca tentang gagal tumbuh alias stunting baik dari jurnal maupun artikel media. Saya pengen meyakinkan diri bawa case Nja ini bukan berarti kiamat. Nja is still safe, buktinya motorik kasar dan halusnya Nja masih berjalan sesuai referensi. Nja tetap punya potensi lain yang bisa dikejar dengan baik... banyak kan anak-anak balita yang dulunya mungkin gak 1000% sehat tapi gedenya beruntung dan sukses?

Mama percaya Nja juga nanti segera menyusul ketertinggalan dan menjadi anak yang sukses. Amin.

—————

Update per Juli 2019: Nja dinyatakan bebas stunting ditandai dengan naiknya tinggi badan yang cukup banyak. PR BB saja yang masih konsisten, meskipun dokter bilang ada kemungkinan pe-er BB Nja mengarah ke genetik, karena semua hasil cek lab normal, porsi susu pun sudah sesuai target. Meski begitu porsi makan masih tetap harus terus diperbaiki. Yang pasti hamdalah dulu yaa, sekarang mamak kembali lega dan terbebas dari ketakutan stunting. Huhu...

----------------

In the end, Asi vs Sufor is no problemo anymore

Di awal kelahiran memang saya sudah kekeuh pengen asi. Saya berjuang mati-matian agar bisa menghasilkan asi yang cukup untuk Nja. Saya menangis saat Nja nursing strike karena ketakutan nutrisi Nja nggak cukup. Saya baca banyak buku dan aneka tulisan tentang asi. Saya 'kampanye' asi ke adek atau teman lain biar anaknya juga bisa merasakan asi. Saya beli pompa asi sampai 2x demi proses pumping yang lebih nyaman. Saya halau rasa malu ketika harus pumping di meja kerja atau di mobil kantor karena ada pekerjaan yang mendesak.

Tapi ternyata perjalanan menyusui saya dan Nja harus menemui banyak intervensi. Kata-kata dokter yang masih suka terngiang2 di benak saya waktu denial adalah: "Ibu mau egois lulus dengan prestasi menyusui sekian lama tapi anak gagal tumbuh buat apa, karena yang juara hanya ibu sendiri lho... toh kebutuhannya yg sekarang bukan dari susu, tapi dari makan" Ya gitu deh, kata-kata yang pedas tapi cukup membuat saya melek pada realita. Karena kenyataannya saya tidak cukup sukses memberikan MPASI pada Nja walaupun sudah mengikuti pakem standard terbaru yang ada. WHO loh panduan saya. Dan aktualnya malah zonk.
 
Daripada capek menyalahkan diri sendiri, baiknya saya move on. Toh yang kasih rekomendasi adalah dokter yang kompeten, biarpun setiap pilihan tetap punya dua sisi mata uang kan? --- maksudnya mau saya memilih full asi atau pun sufor kemungkinannya tetap dua kan? Bisa berhasil atau tidak berhasil.

Kemudian saya mencoba memilih sufor yang secara kalori jelas lebih tinggi (dan terukur) dibanding asi (anak usia diatas 1 tahun), karena sekali lagi Nja tidak cukup mendapatkan kalori dari kegiatan makannya. Kalau saya tidak mencoba toh saya tidak akan tahu hasilnya seperti apa, kalau pun ternyata hasilnya sampai sekarang belum terlalu bagus, rasanya saya tidak perlu menyesal karena sudah mencoba....

Ini bukan berarti saya kapok pernah ngotot asi loh ya. Tapi memang jujur saya agak menyesal di bagian MPASI, karena saya agak saklek pada aturan baku - bahkan saya telat mencoba MPASi instan terfortifikasi, padahal justru itu yg lebih terukur zat gizinya. Dan kalau pun punya anak lagi, saya akan tetap menomorsatukan asi, pengen membuktikan sendiri (karena penasaran) sama anak yang bisa gemuk di 6 bulan pertama hanya dengan asi (langsung ataupun perah). Yang saya mungkin akan lakukan adalah nggak akan lagi kebanyakan mikirin stok asi, metode pemberian asi, dan drama-drama asi lainnya. Saya mending fokus ke BB anak aja mbuh piye carane buat modal di 2-3 tahun pertama.

Nah untuk buibu yang juga sedang berjuang dengan BB anaknya, atau kecukupan asinya, ayok semangat... semoga setiap keputusan yang diambil adalah yang terbaik dan terbanyak manfaatnya untuk buibu sendiri dan anak tentunya... Cheeerssss, beb!


\



You May Also Like

1 Comments

  1. goo nja gooo BB nya semoga cuuss meroket naik yha. biar mamah ndak galau lagi.
    (lalu komen selanjutnya dilanjut japrii yess.. wkwk )

    ReplyDelete

Thankyou very much for dropping by. Tapi maaf saya moderasi ya, untuk menghindari spam dan komen dg link hidup. Bila waktunya luang pasti akan saya balas dan kunjungi balik blog kalian :)